Malam ini... Yang sebenarnya sudah menuju pagi, tepatnya pukul 03.15 aku mulai menulis lagi. Ketergugahan membuka kembali blog yang tertera tulisan terakhir di tahun 2017, itupun kebanyakan tulisanku bertema lomba yang sedang aku ikuti. Padahal sudah hampir 10 tahun blog ini dibuat, tapi hanya satu tulisan aja yang benar-benar ku inginkan menulis, bukan karena lomba atau sejenisnya. Entahlah. Kenapa aku tidak bisa sekonsisten itu. Terkadang rasa menggebu-nggebu datang, walaupun acapkali ku abaikan. Yang pada akhirnya tetaplah sebuah rasa karena tak pernah segera terlaksana.

Tetapi berbeda dengan dini hari ini. Aku yang sedang jobless (mirisnya nggak ada yang tau selain do'i, hehe) ini sengaja tidak tidur hanya untuk mantengin platform job manapun, apply sana sini agar bisa segera dapet kerjaan. Hingga akhirnya aku menemukan job yang meminta aku untuk mencantumkan link web yang aku miliki. Seketika itu, aku mengingat bahwa aku memiliki blog ini. Dan saat itu pula akhirnya aku berpikir, "Ya udah, yuk log in aja lagi. Nanggung. Kali aja bisa sekalian buat portofolio." Dan jadilah tulisan berjudul "Aku Kembali, Mencoba Bangkit." Dengan harapan, aku bisa segera mungkin untuk bangkit dari keterpurukan ini dengan segudang waiting list impian yang belom tercapai.

Terima kasih jika ada yang membaca sepanjang ini, apalagi yang ikut meng-Aamiin-kan harapanku yang mana aku nggak bisa berbuat apa-apa, semoga Allah yang membalasnya. Bahkan, sejujurnya pun aku nggak tau harus nulis apalagi di paragraf tiga ini. Beneran deh, udah lama banget aku nggak nulis, jadi bingung mau nulis apa. Sepertinya ini kayak nulis diary aja tapi versi media online yang akhirnya orang lain tau keluh kesahku. Haha. It's okay. Namanya juga berproses.

Tulisan ini pun mengalir begitu aja. Tulis hapus, tulis hapus. Entah berapa kali begitu. Mengharapkan tiap kalimatnya menyambung menjadi satu. Tapi... nggak tau deh kalo kalian yang baca bagaimana. Kalau aku sih, merasa ini masih sangat jelek. Dan aku paling nggak bisa kalau nulisnya jelek gini. Bikin males bacanya. Aku aja yang nulis males, gimana yang baca?

So, mending diakhiri aja dulu kali ya. Anggep aja, ini itung-itung sebagai permulaan. Kebetulan alarm ponselku sudah berdering, tanda harusnya aku bangun. Tapi hari ini malah sebagai tanda untuk pergi tidur. Tidak-tidak. Aku harus nunggu Shubuh dulu, biar sekalian plong. Setelah itu... Gimana lagi... Aku harus segera tidur pastinya. Minimal untuk menjaga badan nggak ambruk aja. Berharap bangun-bangun ada lowongan yang bisa aku apply dan segera dapat panggilan interview. Minta do'a ya temen-temen. Salam sehat selalu, saya pamit mengakhiri tulisan.

Musim Kemarau masih panjang nih guys... Tapi semangat kerja nggak boleh kendor. Kita harus melewati teriknya matahari, sakitnya butiran debu yang merasuk ke kulit. hingga sentuhan kasar asap kendaraan yang masuk ke mata serta hidung. Sungguh hal yang sangat melelahkan bukan?? Belum lagi lapar dan dahaga menghampiri. Oleh karena itu, nggak ada salahnya mencoba minum Marimas. Marimas Minuman Serbuk Rasa Buah yang membuat rasa dahagamu hilang seketika karena Marimas bikin adem, Tidak bikin batuk.

Tak perlu ragu dan khawatir. Marimas dilengkapi dengan banyak vitamin dan mineral sehingga Marimas Aman Diminum Setiap Hari dan Marimas Tidak Bikin Batuk sekalipun. Minuman Serbuk Marimas telah mengantongi Sertifikasi Halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) lohh dan terdaftar pada BPOM (Badan Pengawas Obat Dan Makanan). Dan untuk meningkatkan serta mengendalikan konsistensi mutu, Marimas telah menerapkan Quality Managament System ISO 22000. So, tunggu apalagi... Cepat ambil sachet Marimas-mu, sobek dan tuang ke dalam wadah air minummu. Jangan lupa tambahkan es batu ya, untuk menambahkan kesegarannya. Lakukan berulang-ulang dan setiap harinya. dan rasakan kesegarannya di tengah teriknya matahari yang menyengat.


Madu adalah cairan kental berasa manis yang biasanya dihasilkan oleh lebah atau hewan lainnya dari nektar bunga.  Karena rasanya yang manis, madu kerapkali dijadikan sebagai pengganti gula di kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, oleh para koki baik koki makanan berat maupun makanan ringan di pinggir-pinggir jalan juga seringkali memakai madu sebagai campuran olahan masakan mereka. Sehingga timbullah rasa manis yang tercipta pada menu makanan yang mereka jual.

Selain rasanya yang manis, madu juga mempunyai banyak sekali mandfaat bagi tubuh kita. Baik itu, manfaat untuk kesehatan kita, manfaat untuk kesehatan kita, hingga manfaat untuk kesuburan pasangan suami istri (pasutri). Berikut, manfaat madu yang telah dirangkum yang diambil dari berbagai sumber, baik sumber online maupun sumber offline yang telah diuji khasiatnya di laboratorium.

Adapun manfaat madu berdasarkan golongannya antara lain:
Manfaat madu bagi kesehatan

  1. menghilangkan batuk
  2. mencegah kanker dan penyakit jantung
  3. meningkatkan daya ingat 
  4. sumber nutria yang lengkap
  5. menghilangkan luka 
  6. metabolisme alkohol 
  7. menghilangkan alergi 
  8. memerangi bakteri 
  9. berpotensi mencegah kurangnya sel darah putih 
  10. meningkatkan stamina 
  11. meningkatkan kesuburan suami istri 
  12. mengatasi sakit perut 
  13. mencegah stress 
  14. mencegah penyakit kuning 
  15. mencegah diabetes (pengganti gula) 
  16. mencegah penyebaran tumor di seluruh tubuh
Manfaat madu untuk wajah
  1. menghilangkan jerawat 
  2. menghilangkan bekas jerawat 
  3. menghilangkan komedo 
  4. mengecilkan por-pori wajah 
  5. mencerahkan kulit wajah 
  6. dapat digunakan sebagai bahan masker wajah 
  7. memberikan kulit wajah lebih halus
Manfaat madu untuk kecantikan
  1. mencegah penuaan dini 
  2. mencegah kulit keriput 
  3. mencegah kulit kehitaman saat tua 
  4. mencegah timbulnya jerawat 
  5. mencegah iritasi kulit dan alergi
Manfaat madu untuk kehamilan dengan bantuan “Madu Subur Max, Herbal Penyubur Reaksi Cepat”
  1.  penyubur kandungan 
  2. menambah tenaga dan daya tahan selama hamil 
  3. meningkatkan nafsu makan ibu hamil 
  4. membantu janin dalam kandungan untuh tubuh sehat dan normal 
  5. mengurangi rasa mual 
  6. mencegah terjadinya hepatitis B pada janin nantinya 
  7. mencegah ibu hamil terhindar dari berbagai penyakit 
  8. menguatikan janin 
  9. memudahkan BAB bagi ibu hamil 
  10. mempunyai nutrisi yang sangat kaya untuk kebutuhan ibu hamil
Madu Subur Max, Herbal Penyubur Reaksi Cepat
Untuk tips cara cepat hamil secara alami adalah dengan bantuan vitamin herbal “Madu Subur Max” yang bertujuan sebagai obat tradisional untuk menyuburkan kandungan. Madu Subur Max, Herbal Penyubur Reaksi Cepat ini sudah banyak pasangan suami istri (pasutri) terutama calon ibu yang mengonsumsinya. Dan hasilnya sangat memuaskan. Dan pastinya bahagia dong, sesuatu yang sangat diinginkan bagi pasangan suami istri adalah mendapatkan momongan.

Namun, hal itu juga tak lepas dari dosis yang pas dan oleh pengawasan dokter dari pribadi masing-masing. Para calon ibu dan ayah, juga harus rajin-rajin berkonsultasi ke dokter terutama dengan kondisin kehamilan dan janin itu sendiri. Karena dokter lah yang bisa melihat segala kemungkinan kesehatan kehamilan yang ada. Madu terutama Madu Subur Max, hanya sebagai perantara menyuburkan kehamilan para calon ibu.

Selain itu, selain berkonsultasi ke dokter kandungan. Para calon orang tua baik istri maupun suami, harus diimbangi dengan rajin berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat lainnya selain madu. Jika semua itu dilakukan dengan rutin dan seimbang, niscaya Insya Allah kehamilan akan lancer sampai hari H yang dinanti-nantikan yaitu hari kelahiran sang buah hati.
Malam-malam cari lomba. Eh, dapet yang beginian. Info lomba menulis cerita “Asyiknya Bekerja dari Rumah”. Belum punya bukunya sih, cuman dilihat dari judulnya. Jadi pengin baca bukunya. Siapa tahu bisa memetik ilmu dan pengalaman dari mereka, para orang-orang hebat. Ini nih cover bukunya.
Dan di bawah ini pun merupakan sebuah tulisan yang aku ikutkan ke lomba menulis cerita “Asyiknya Bekerja dari Rumah”. Semoga terinspirasi yaa. J


BOLOS YANG MENGHASILKAN (DUIT)
Permasalahan kuliah yang sudah dipastikan “telat lulus” karena sering bolos membuat aku dan sang pacar memikirkan bagaimana caranya untuk bisa ngebiayai kuliah sendiri di tahun kita telat. Alasan utamanya sih, daripada bolos tanpa alas an mending bolos tapi ada yang dihasilkan (duit misalnya :D). alasan kedua, ya pastinya kasian sama orang tua. Mereka kan harusnya ngebiayai anaknya kuliah selama 4 tahun, tapi kalau molor? Tergantung orang tuanya sih. Dan pada kenyataannya, masih banyak juga kok yang memang masih membiayai anaknya walaupun telat lulus. Tapi namanya udah nggak enak dan ngerasa bersalah, yaa gimana lagi??? Cari duit bisa jadi solusinya.
Bulan Ramadhan, awal mula aku dan dia bekerja. Mulai dari jualan parcel hingga menjadi guru mengaji privat. Tidak hanya dua macam pekerjaan aja kok yang kita jalani selama setahun ini. Ada sekitar 5 jenis pekerjaan yang sempat kami kerjakan, di antaranya seperti yang aku sebutkan di atas, berjualan keliling, guru privat materi umum, sampai menjadi penjaga stand minuman di salah satu kawasan yang jarak tempuhnya 15-20 menit dari kampus.
Jarak yang lumayan jauh-jauh tersebut membuat kuliah semakin terbengkalai. Hal tersebut membuatku berfikir keras untuk bisa menyiasati lebih lanjut agar antara kuliah dan bekerja bisa seimbang. Akhirnya terlintaslah di pikiranku tentang pekerjaan freelance yang bisa dikerjakan di rumah, di kost dan bisa juga di mana pun kok.
Menjadi copywriter lah pilihanku saat itu. Ide tersebut aku sampaikan ke pacarku. Alhamdulillah, dia menyetujuinya. Kami pun memutuskan untuk menawarkan jasa melalu salah satu situs web iklan baris. Sedikit butuh waktu untuk mengiklankan. Hingga sekitar 2 minggu setelah posting iklan baris, ada pengusaha blogmaker. Webmaker yang menghubungiku.
Awalnya, beliau menawarkan pekerjaan sebagai penulis artikel di salah satu online shop klien yang dipegang tim SEO-nya. Hingga akhirnya bulan ini, masih lah bulan ketiga aku dan sang pacar menggeluti bidang ini, tetapi sudah dipercayainya untuk memegang akun online shop-nya sang klien serta membuat akun social media dan menjadi admin akun tersebut hingga saat di mana kontrak kita dan mereka habis.

Pekerjaan yang bisa dikerjakan di mana saja bukan? Di rumah saat insomnia menjelang tidur, di kampus di sela-sela jadwal kuliah, atau bisa juga dibawa nongkrong di suat warkop bahkan café. Asal ada koneksi, pekerjaan pun bisa teratasi. Dan uang saku pun semakin bertambah. J

Surabaya begitu terik kala itu. Tertanggal 26 Nopember 2013. Namun untungnya, pagi hari yang masih sejuk tersebut membuat kita bergegas untuk berangkat menuju ke Pantai Camplong, Kabupaten Sumenep, Madura. Karena ada amanah besar dari dikti kepada kampus kami yang ditunjuk sebagai ketua pelaksana serangkaian lomba Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN).
Aku sebagai perwakilan panitia. Dan kamu sebagai tim penghibur alias suporter untuk tim dari jurusanmu. Sebuah waktu di mana ternyata aku mengetahuimu, mengetahui di mana jurusan kita ternyata bersebalahan. Kesan pertama yang menyebalkan untuk sebuah pertemuan pertama denganmu. Cowok berwajah songong yang aku lihat malam itu.
“Benci aku mbek kon. Dadi arek kok njengkelno.” Maaf ya pake bahasa jawa. Maklum udah jadi Wong Suraboyo bro. Hehe. Ini nih artinya, buat kalian yang nggak tahu, “Benci aku sama kamu. Jadi anak kok menjengkelkan.”
Adu mulut nggak jelas yang terlontar di antara kita hingga larut malam membuatku lupa bahwa besok haruslah kembali ke lapangan menjadi asisten juri KKCTBN. Sampai akhirnya, teringat waktu telah malam ketika seniorku dan dia meminjam charger kodok milikku yang berada di kamar penginapan. Akhirnya aku pun bergegas untuk merehatkan diri hingga hari esok.
❤❤❤❤❤
Ternyata Tuhan berkehendak lain. Akhir Desember, kita dipertemukan lagi di sebuah kepanitiaan yang diadakan oleh BEM Fakultas kami, Pelayaran Iptek namanya. Aku yang anggota BEM dengan kamu yang memang independent dipilih untuk membantu proker kami bertugas di bagian keuangan. Aku sebagai bendahara dua dan kamu sebagai koordinator sie dana membuat hubungan kita semakin dekat. Membuatku lupa bahwa satu bulan yang lalu ku mempunyai pikiran yang jelek kepadamu.
Seorang lelaki yang ternyata asyik diajak ngobrol sampai bahkan dijadikan teman curhat pun. Cowok yang sangat humoris dan mampu mengayomi teman-temannya terutama teman perempuannya. Gimana nggak diayomi dan dilindungi coba?? Lha wong, ceweknya satu banding sepuluh dari jumlah cowonya.
*Back to story* Berhari-hari ku bersama. Entah apa yang membuatmu lebih memilih aku yang bendahara kedua dibandingkan bendahara pertama sebagai teman jalan-jalan untuk mengurus segala keperluan financial acara tersebut. Mungkin aku lebih luwes kali ya orangnya. Hehe. PD kelas dewa ini.
*Back to story again* sifat aslimu yang begitu membuatku merasa nyaman di dekatmu. Entah apa juga yang aku rasakan dalam hati. Cuman kata ‘nyaman’ yang aku temukan saat ini berkeliaran di otakku. Hingga akhirnya suatu malam, kita berada di Zangrandi Ice Cream untuk membahas kondisi keuangan awalnya. Tetapi berujung ke perkenalan masing-masing dari kita. Memperdalam chemistry yang mungkin pantas terlontarkan pada kejadian itu.
“Sebenarnya aku ada something bang ke kamu. Cuman aku nggak pengen terlalu dalam atau bahkan mungkin memperdalamnya.” Kataku ketika perjalanan pulang.
“Something apa nih? Ciyee...”
Gubrak. Entah apa yang ada di benakmu. Mungkin pikiran yang selalu muncul akhir-akhir bahwa aku yang menembakmu. Tetapi aku sama sekali tak membenarkan itu. Aku tetap bersikukuh dengan pendapatku. Only express my feelings. Jadi nggak sama menurutku antara nembak sama ngungkapin perasaan. Kalau nembak kan butuh jawaban dengan harapan ada kata “Ya” yang terlontar dari mulut lawan jenisnya. Sedangkan aku? Aku tak butuh jawaban untuk itu, karena memang aku nggak pengen menjalin hubungan di kala itu. Dan mengungkapkannya, aku rasa sudah cukup membuatku lega.
“Ya, pookoknya something. Cuman aku masih ragu, ini beneran atau kaga. Lagipula kalo beneran pun. aku nggak pengen ada ikatan apa-apa kok. Berteman atau bahkan jadi adikmu saja sudah cukup bagiku.”
“Lohh kenapa?” Tanyamu keheranan yang mungkin juga sebenarnya sudah ada something juga ke aku. *PD lagi nih yee...*
“Pengen fokus kuliah akunya bang. Biar cepet lulus dan nunggu lamaran darimu. Eh..”
“Hahaha...” tawa lepas terlontarkan dari mulut kita berdua kala itu.
Lagi-lagi cekcok sering terjadi di antara. Tapi ku tak peduli. Dan kau pun kelihatan tak peduli. Karena memang kita sama-sama merasakan kenyamanan satu sama lain. Sampai saat di mana tanggal 23 Januari 2014 berjalan, tanggal di mana kita mengabadikan moment sebagai hari jadi kita. Hari di mana kamu yang mau berangkat ke Jogja dan aku pulang kampung ke Mojokerto. Melalui pesan singkat ku mengatakan, “Nanti bakal tak kenalin ke ortuku deh kamunya.” Dan terbalas darimu, “Ngapain? Mau aku buat ngelamar kamu? Haha.”
❤❤❤❤❤
Sekarang, setahun lebih sudah ku menjalin hubungan denganmu. Canda tawa, suka duka, susah senang ku habiskan bersamamu. Banyak sekali cerita kita di setahun ini. Mulai dari berdagang bareng, kerja freelance bareng sebagai penulis copywriting karena kebutuhan yang mendesak. Sampai menghabiskan uang satu setengah juta dalam waktu seminggu pun kita pernah lakukan bareng-bareng.
Makasih buat kamu yang selalu ada di saat ku membutuhkanmu. Menjadi makhluk yang sangat lembut untuk selalu bersedia sebagai penghibur lara ketika ku jatuh dan kecewa dengan keadaan sekitar. Makasih sudah menjadi makhluk yang keras ketika membimbingku sehingga bisa menjadi lebih mandiri dari sebelumnya. Makasih Tera Asysyifaa. Hanya tulisan ini yang kupersembahkan kepadamu sebagai hadiah ulang tahunmu 23 April nanti.
Tulisan yang dibuat ketika malam telah larut. Ditemani sang kekasih yang lagi terlelap tidur di bilik sebuah warnet. Sempat terjadi sebuah percecokan antara kami berdua di malam sebelum larut. Yeah, percecokan di awal yang membuat hati kami sama-sama lega di akhir. Yaitu percecokan yang terkadang sengaja dilakukan untuk saling berinstropeksi satu sama lain. :-)
Memang, akhir-akhir ini waktu kami begitu sangat terkuras setelah kepulangannya dari tanah suci untuk beribadah umroh beberapa hari lalu. terkuras dengan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah yang sedang menimpa kami jauh sebelum dia berangkat umroh.

Awal Desember 2014
Ketika aku memutuskan untuk pergi dari rumah (baca: kabur) dikarenakan sudah tidak tahan dengan kondisi orang tua di rumah. :-( Maklum, 19 tahun sudah saya hidup dengan belenggu atap rumah yang menyeramkan tanpa cahaya sedikitpun dari luar *alay* :-D Intinya, 19 tahun sudah berlalu dengan hidup sebagai anak rumahan. Dulu, ketika masa sekolah memang "terkesan" nggak ada masalah ketika menjadi anak rumahan walaupun sedikit "terpaksa". Tapi sekarang? Ohh men, walaupun Mojokerto-Surabaya bisa dilihat sambil merem satu mata di peta, tapi kalaupun harus pulang tiap hari bisa kena angin duduk tuh badan *lagi-lagi alay* padahal maksudnya cuman males aja kalau harus bolak balik terus setiap hari, kebayang banget tuh capeknya. Belum lagi tugas kampus yang begitu amat sangat tidak berperikemanusiaan yang menghantui malam-malam dingin seperti ini *maklum juga sih anak teknik*. Nah, gitu itu yang nggak pernah dingertiin sama orang tuaku. Mereka yang over protektif, negative thinking hingga selalu menyalahkan orang termasuk si dia sang pujaan hati. Padahal kalau di flashback nih, dia nggak pernah sekalipun nggak nganterin aku pulang ke rumah dengan alasan khawatir, yang pertama.Kedua, karena dulu awal-awal kita jadi nggak serinh-sering nganterin, si ortu nanyain,"kok, ga pernah nganterin lagi sih tuh anak?" Giliran sekarang sering dianterin, komentar lagi, "Kenapa sering banget nganterin sih? Sampe kamu nggak ada celah sedikitpun untuk ortumu" *serba repot kan kalau begitu, ngerestui atau enggak sih?*. Flashback lagi, dulu ketika temen-temen main ke rumah aja, dengan senang hati mamerin ke tetangga kalau aku tuh orangnya luwes, punya banyak temen tapi nyatanya? Nothing :-( Di kampus, di jurusan tepatnya, dikit banget temen yang mau deket denganku. Yeah, mungkin efek nilai IP-ku yang selalu di bawah 2,5 atau mungkin karena efek digituin sama orang tua. Gini dikit nggak boleh, gitu dikit nggak boleh, maen sana, maen sini juga nggak boleh. Alhasil, hubunganku dengan mereka merenggang. Mungkin, itu yang memutuskanku untuk mengambil keputusan yang bisa dibilang konyol tersebut.
Aku nggak bermaksud mengumbar aib keluarga seperti ini, tapi apa daya aku cuman manusia biasa yang hampir depresi dengan masalah beginian. Gimana enggak coba? Flahback lagi deh, selain sifat jelek mereka yang seperti itu, ada lagi kejelekan yang lain. Salah satunya, pernah awal Nopember, ketika 1 hari sebelum Hari Raya Idul Adha aku lagi sakit gigi, niat awal ngabari ortu sambil minta sedikit bantuan untuk berobat karena ternyata gigiku sudah terlanjur parah, infeksi, gigi sudah copot tapi di dalam gusi masih ada sisa-sisagigi yang tertancap. Satu-satunya cara agar tidak semakin parah, ya dicabut,tapi cabut pun sudah nggak bisa karena giginya nancap ke dalam gusi. Cara yang paling baik menurut dokter gigi yang menangani kasus ini, "ya, dibedah mbak, mulutnya". Nah, dengan masalah kayak gini ini si ortu malah bersikeras nyuruh aku pulang dengan alasan pengobatan di rumah lebih murah. Padahal yang aku butuhkan, segera ditangani, bukan masalah murahnya *toh, sekarang ada BPJS*. Tapi gitu ya tetp ngotot. Alhasil, sampai saya menulis cerita ini pun *14 Januari 2015* masalah gigi belum juga terselesaikan, untung saja sudah tidak sering kambuh.
Masalah lain, yaitu ketika di semester 3 semua mahasiswa angkatan kedua diwajibkan keluar dari asrama.Waktu itu saya lagi nge-kost di perumahan dosen. Mereka bukannya ngasih uang buat bayar kost, malah yang ada keseringan minjem duit beasiswa untuk keperluan di rumah. Yeah, bukan aku ngga mau, tapi kan di sini aku yang sendirian sedangkan mereka di rumah masih ada kepala keluarga, masih pada bekerja, sedangkan aku? Jangankan punya banyak duit terus makan enak, kerja aja nggak dibolehin, pemasukan nothing, tapi pengeluaran cepet banget.
Semester 3 masih bisa diatasi. Tapi menginjak semester 4, ketika aku pindah yang niatnya satu kost sama temen jurusan malah berakhir kandas. Nunggak 3 bulan, dan akhirnya diusir. Yang aku pikirin saat itu sih, gimana caranya bisa dapet tempat buat tidur tapi bayar setidaknya masih bisa belakangan. Akhirnya, pacarku pun mengusulkan untuk nge-kost di tempat budhenya, di daerah belakang Tunjungan Plasa.1 bulan setengah, aku hidup di tengah-tengah lingkungan para SPG mall tersebut. Akhirnya
11 Desember 2014
Skenario dirancang sedemikian rupa dengan adegan si pacar SMS ke ortu dengan dalih supaya si ortu tahu kalau saya menghilang, dan yang terpenting supaya mereka sadar kalau aku nggak pengen lagi dikekang. Eh, bukannya sadar, yang ada ortu salah sasaran, mencari ke sana kemaridi kampus, memarahi temen-temen nggak jelas ketika mereka semua menjawab nggak tahu keberadaan saya. Belum lagi salah sasaran memarahi saya dan pacar di rumah budhenya *nggak tahu, mereka tahu rumahnya dari mana?*. Ngomong ngalor ngidul membanggakan diri nggak jelas, memarahi ponakannya di depan budhenya yang jelas-jelas aku sendiri dalang dari semua ini, bahkan mengajakku pulan paksa ke Mojokerto.
Waktu itu hari Kamis dengan kondisi hari Jum'at nya masih ada kuliah. Sudah deh, semenjak hari Jum'at tersebut, tanggal 12 Desember 2014 sampai sekarang belum pernah pulang lagi ke rumah *padahal musim liburan*
Pertengahan Desember 2014
Sebenarnya aku nggak pulang cuma ingin menyelesaikan masalah ini saja. Ortuku nggak ada etikat baik sama sekali untuk berdamai. Tapi, ketika aku yang punya etikat baik berdamai, malah dilarang untuk datang ke rumahnya lagi padahal di sisi lain aku disuruh segera pindah dari tempat itu. *Gimana mau pindah, orang ke sana aja nggak boleh*. Alhasil, mereka yang diam-diam membawa kabur barangku dari sana dan dengan bangga bilang urusan kost biar aku yang ngurus, padahal jelas-jelas pada tanggal ditemukannya aku, merekadengan lantang bilang, urusan kost, baik kost yang lama *di Keputih* ataupun kost yang ini adalah tanggung jawab mereka, tapi nyatanya? Sampai sekarang pun nothing again.
Akhir Desember 2014
Akhirnya aku dapat tempat baru, ngontrak sama temen-temen rohis walaupun cuman sisa 6 bulan dan bakal harus pindah lagi, tapi nggak papa lah yang penting dapet tempat tidur dulu deh :-D ,dan yang penting bisa dimolorin dikit buat bayarnya *temen sendiri aja, hehe*. Si pacar pun pergi umroh.
Awal-pertengahan Januari 2015
Sepulang dari umroh dan setibanya di Surabaya, disambut dengan budhenya habis jatuh dari tangga, kehidupan anaknya juga nggak ada yang berhasil membuat aku dan pacarku iba. Akhirnya kami memutuskan untuk dagang kue basah keliling setiap paginya. Capek sih, tapi ada keseruan sendiri ketika nyari duit bareng-bareng *so sweet dikit lah*
Beban semakin bertambah, ketika mengetahui kalau aku harus membayar kost selama 2 bulan, itu artinya Rp.300.000 x 2 = Rp.600.000 dengan ketambahan bayar kontrakanku yang baru dan kontrakannya dia. Belum lagi ternyata, kontarakanku lagi ada maslah dengan PDAM, belum membayar air selama 2 bulan.
Kepenatan itu semakin bertambah, ketika sang pacar diusir dari rumah neneknya yang dekat dengan budhenya membuat dia mbambung di pinggir jalan yang akhirnya membuatnya diringkus satpol PP dikira gelandangan, motor ditahan dan dimintai jaminan kalau dia bukan gelandangan dan tebusan untuk motor yang telah disitanya. Akhirnya, aku mencoba menghubungi ortu kembali, meminta pertanggung jawaban kata-katanya tentang masalah uang adalah urusan mereka. Tapi hasilnya lagi-lagi nothing.
Tak sampai di situ, beban pun semakin bertambah ketika dia didatangi orang tak dikenal *entah nyata atau tidak* menceritakan bagaimana gelap dukanya hidupku di masa lalu dengan sang mantan. Tapi beruntung lah aku memilikinya. Memang marah awalnya, tapi berujung ke petuah di akhirnya walaupun sempat terjadi cekcok di antara kita berdua, tapi insya allah tak akan berujung perpisahan konyol di akhirnya.

Udah deh, kayaknya itu dulu ke-depresian yang aku bagi ke kalian,semoga bisa diambil hikmahnya bagi kita semua. Aamiin :-)

Menurut KBBI: de·wa·sa /dĂ©wasa/ 1 sampai umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi), 2 telahmencapai kematangan kelamin; 3 matang (pikiran, pandangan, dsb): de·wa·sa /dĂ©wasa/ nwaktu, masa (akhir-akhir ini).
Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan setelah masa remaja. Pengertian masa dewasa ini dapat dihampiri dari sisi biologis, psikologis, dan pedagogis (moral-spiritual).
Dari sisi biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan untuk bereproduksi (berketurunan).
Dari sisi psikologis, masa ini dapat diartikan sebagai periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan atau kematangan, yaitu
1 kestabilan emosi (emotional stability), mampu mengendalikan perasaan: tidak lekas marah, sedih, cemas, gugup, frustasi, atau tidak mudah tersinggung;
2 memiliki sense of reality-kesadaran realitasnya-cukup tinggi: mau menerima kenyataan, tidak mudah melamun apabila mengalami kesulitan, dan tidak menyalahkan orang lain dan keadaan apabila menghadapi kegagalan;
3 bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang berbeda; dan
4 bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.
Sementara dari sisi pedagogis, masa dewasa ini ditandai dengan
1 rasa tanggung jawab (sense of responsibility) terhadap kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan orang lain;
2 berperilaku sesuai dengan norma atau nilai-nilai agama;
3 memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya; dan
4 berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Namun, sering kali orang menganggap dewasa itu identik dengan usai/umur. Padahal sejatinya hal tersebut belum tentu benar. Masih banyak orang tua yang terkadang masih lebih kekanak-kanakan dibanding dengan anaknya.
Saya bercerita sedikit tentang kehidupan saya, adik saya dengan orang tua kami di rumah. Bukan bermaksud membuka aib tetapi untuk pelajaran saja bagi kita semua.
Mengingat saya sering menjadi bahan olokan teman-teman di kampus yang dirasa masih belum dewasa. Sedikit-sedikit masih dihubungi orang tua, bahkan tidak mengenal apakah itu saat jam kuliah atau tidak. Terhitung, sehari bisa sampai tiga kali untuk menelpon saya, dan bisa sampai lima kali untuk mengirimi saya pesan singkat. Bahkan, terkadang sampai kuliah pun saya masih antar jemput, padahal kampus saya di luar kota dari tempat tinggal saya. Saya rasa adik saya pun demikian. Apalagi dia laki-laki, masak sudah mau SMA pun masih tetap saja diantar jemput. Jujur saja, saya tidak bisa membayangkan, bagaimana rasa malunya ketika dia dicap sebagai anak mama oleh teman-temannya.
Bukan kami tidak bangga memiliki orang tua seperti mereka. Tapi, ‘tolong dong diberi kebebasan sedikit kepada anak-anaknya, jangan dikekang terus. Kasihan. Kapan dewasanya kalau begitu? Cukuplah orang tuanya saja yang nggak dewasa, anaknya jangan.’ Itu yang sering diucapkan teman-teman kepada saya.
Teman-teman pikir, cara orang tua saya mendidik anak-anaknya sungguhlah tidak dewasa dan bijaksana. Gimana tidak berpikir begitu coba. Anaknya yang telah menginjak remaja, peralihan dari anak-anak menuju dewasa, itu terhambat dikarenakan efek pengekangan dari si orang tua sendiri. Lah kalau sudah begitu, siapa yang bertanggung jawab kalau anaknya menjadi manja, tidak dewasa, tidak bisa hidup mandiri, dan lain sebagainya.
Padahal di dalam kitab pun menjelaskan, “anak yang sudah akil baligh atau remaja (apalagi sudah dewasa) wajib hukumnya untuk melepaskan anaknya untuk yang laki-laki mengingat orang tua sudah tidak lagimenanggung dosa yang diperbuat anaknya. Sedangkan, untuk yang perempuan masih menjadi tanggung jawab orang tua selagi ia belum bersuami.” Tetapi tidak ada salahnya, sedikit memberi kebebasan pada anaknya guna untuk kondisi psikologisnya memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial.
Itulah, secuplik konflik yang saya dan adik saya alami yang saya rasa sesuai dengan tema “Tua Belum Tentu Dewasa”. Karena bisa ditarik kesimpulan bahwa pemikiran teman-teman yang umurnya masih sekitar 18-20 tahun bisa lebih kritis dan dewasa dibandingkan dengan pemikiran orang tua saya yang umurnya sekitar 40 tahun-an.